Jangan Salahkan Anak Jika Lebih Banyak Bermain Gawai

Sumber Foto: Liputan6

Era digital ini semakin unjuk gigi dengan beberapa perkembangannya, seperti halnya perdagangan, trasportasi sampai pelayanan publik hampir semuanya berbentuk digital namun apakah peran orang tua juga dapat berbentuk digital seperti layaknya aplikasi di gawai (gadget).

Bisa iya bisa juga tidak, namun fenomena saat ini kebanyakan anak-anak diasuh oleh gawai tidak lagi dengan babysitter, kenapa bisa saya katakana demikian. Kita lihat saja banyak orang tua memberikan fasilitas gawai kepada anaknya saat masih berumur 5-10 tahun, bukannya merasa was-was malah merasa bangga bila sikecil telah bisa mengoprasikan gawainnya tanpa ada tuntunan sama sekali dari orang tua.

Baca Juga : Indonesia Darurat Hoax !



Tidak jarang jika anak-anak akan menangis bila gawainnya diambil oleh orang tuanya karena terlalu banyak bermain gawai ketimbang kegiatan lain, dan orang tuanya pun menyalahkan si anak dengan bentuk marah-marah, “kamu ini main hp aja kerjaannya, sini makan dulu” dan lain sebagainnya.

Lalu jika sudah jadi seperti ini, apakah berhak orang tua memarahi si anak, saya rasa tidak berhak. Ketimbang memarahi lebih baik mencari solusi agar si anak teralihkan dengan gawainnya seperti halnya ajak bermain, komunikasi, dan lain sebagainnya agar anak kembali mengenal dunia kanak-kananknya.

 Baca Juga: Menengahkan ko dibilang Kecebong (dan Kampret)



Jika anak diajak bermain keluar rumah seperti halnya taman, alun-alun atau ke alam seperti pegunungan dan peternakan, mungkin akan lebih bermanfaat ketimbang hanya memberikan gawai yang lebih berbahaya bagi perkembangan si anak. Anak pun akan kembali menyenangi dunia kanak-kanaknya dan gawai akan cepat-cepat ditinggalkan karena amat membosankan.

Strategi lain bagi anak yang sudah kecanduan gawai adalah dengan selalu diberikan perhatian seperti komunikasi, selalu ajak bicara terkait kesenangannya dan juga kasih tahu tentang bagaimana bersenang-senang versi orang tuanya dulu ketika berumur sama seperti anaknya sekarang.

Baca Juga: Muhasabah Diri Melawan Ujaran Kebencian dan Hoax




Cerita dari sebuah pengalaman memang sangat perlu apa lagi jika memiliki banyak cerita unik seperti bermain lumpur, hujan-hujanan, kucing-kucingan atau hong-hongan (petak umpet). Jadi lebih menarik apa bila orang tua mampu menceritakannya dengan cara mendongeng, pasti anak akan memperhatikan orang tuanya ketimbang gawainya.

Dari pada menyalahi anak selalu main gawai lebih baik kita harus mencari solusi agar dapat memisahkannya dengan gawai. Mungkin kedua strategi itu dapat mampu untuk menjauhkan anak dari dunia gawai. Memang sih saya belum menjadi orang tua, namun peran kita bisa menjadi dua, yaitu bisa menjadi seorang anak dan bisa menjadi orang tua agar dapat melihat apa yang diingikan anak dan apa yang diinginkan orang tua.

Comments

Postingan Populer

Teknik Penulisan Soft News atau Feature