Negara Para Bedebah
Angin malam menampar seluruh tubuhku yang terbalut kain lusuh, kulitku serasa membeku di atas kedua koran yang aku jadikan alas tidur. Telingaku tidak henti-hentinya mendengar suara gemur motor yang berlalu-lalang di atas jalan raya, anakku menggeliat seperti cacing, anakku mungkin masih belum terbiasa dengan suara gaungan motor dan mobil di jalan raya itu. Suara benturan ban motor atau mobil dengan aspal begitu keras bagai guntur di saat langit tengah mendung, ya ini semua akibat jalan yang berlubang. Aku terbangun dalam pagi yang sejuk, tubuhku terbalut udara yang sejuk pada pagi ini. "Ah udara yang sejuk, andai saja hidupku sesejuk pagi yang menyapaku." Ujarku berangan. Hidupku yang jauh dari kata sempurna alias hina telah menjadi takdirku dan keluargaku saat ini. Kejam, memang kehidupan ini kejam buat orang sepertiku. Aku langsung bergegas memikul karung untuk aku mencari rezeki tak lupa penyotek yang ku genggam pada tangan kananku. Aku siap berangkat mengais rezeki